Pages

23 Februari 2010

Lingkungan Sehat Rakyat Sehat



Lingkungan sehat, rakyat sehat adalah tema peringatan hari kesehatan nasional tahun lalu yang jatuh pada tanggal 12 November 2009. Hari kesehatan nasional ke 45 yang diperingati bangsa Indonesia sejak tahun 1964 ini adalah wujud optimisme bangsa Indonesia dalam menuntaskan pembangunan di bidang kesehatan. Peristiwa yang mendasari lahirnya hari kesehatan nasional ini adalah pada saat pemerintah dan rakyat Indonesia bekerja sama. Diwarnai dengan semangat kebersamaan dan kegigihan berhasil menuntaskan program pemberantasan penyakit malaria di Indonesia.

Terdapat makna yang kritis dan esensi yang mendalam yang terkandung dalam kalimat tema peringatan hari kesehatan nasional ke 45. Kalimat lingkungan sehat, rakyat sehat menggambarkan paradigma pembangunan kesehatan yang sudah mengarah pada bidang preventif atau pencegahan dan promotif atau penyuluhan. Solusi dari segudang permasalahan kesehatan di Indonesia yang sudah sedemikian kompleks ini adalah dengan dengan usaha-usaha preventif . Karena usaha-usaha kuratif atau pengobatan yang selama ini dilakukan dengan output program berobat gratis atau penurunan harga obat, tidak sanggup mencapai nilai efektifitas hingga 100% dalam menuntaskan permasalahan kesehatan di negeri kita.
Mencegah lebih baik, lebih mudah, dan lebih murah daripada mengobati. Data penelitian WHO menyebutkan bahwa 1 US Dolar yang kita investasikan untuk membangun lingkungan yang saniter, bebas dari segala agen penyakit, akan mendatangkan income atau pemasukkan sebesar 8 US Dolar ke kas negara. Lingkungan adalah basis dari berbagai permasalahan kesehatan, HL Bloom dalam teorinya menyebutkan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang antara lain lingkungan, pendidikan, genetik dan pelayanan kesehatan. Lingkungan memegang peranan paling penting dengan persentase sebesar 45%.
Percuma saja seandainya kita memberantas wabah DHF (Dengue High Fever) atau demam berdarah dengan program berobat gratis. Sedangkan sanitasi lingkungan tempat perkembangbiakan larva aedes aegepty nya tidak kita perbaiki sanitasi, serta masyarakatnya pun tidak kita edukasi agar paham tentang segala seluk beluk penyakit DHF. Sehingga tidak timbul kesadaran, semangat dan motivasi masyarakat untuk memperbaiki sanitasi lingkungan sekitar rumahnya. Jika hal ini terjadi dan diikuti dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak diperbaiki, atau bahkan semakin parah. Maka penyakit DHF ini akan terus timbul dan menimbulkan penurunan Umur Harapan Hidup (UHH). Program Preventif dan promotiv ini tidak hanya berlaku untuk penyakit DHF saja tapi juga untuk penyakit lain, khususnya penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. Mari kita dukung program-program pemerintah yang bertujuan menciptakan kondisi lingkungan yang saniter, dengan kita ikut berpartisipasi dan berkontribusi di dalamnya.

Sanitasi, fenomena gunung es di kesehatan masyarakat Indonesia

Iceberg Pictures, Images and Photos

Sanitasi adalah salah satu motor utama penggerak kesehatan masyarakat, kualitas sanitasi berbanding lurus dengan kualitas kesehatan masyarakat. Menurut Departemen Kesehatan, dari 1000 bayi lahir 50 diantaranya meninggal dunia karena diare. Kasus ini terkait dengan suplai air bersih yang terkontaminasi oleh bakteri e-coli dari tinja. Suplai air bersih yang lebih baik mampu menurunkan angka kematian sampai 21%, sedangkan sanitasi yang lebih baik terbukti mampu menurunkan angka kematian sampai 37,5%. Tindakan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan , mampu menurunkan angka kematian sampai dengan 35%.

Walaupun demikian, sanitasi tetaplah menjadi prioritas rendah dengan anggaran yang minim di negara kita. Hal ini terutama karena manfaat langsung yang dirasakan lebih minim daripada manfaat invetasi dalam bentuk pembangunan jalan, pusat perbelanjaan, sekolah dan bangunan. Padahal menurut data valid hasil penelitian WHO, 1 US dollar yang di investasikan untuk sanitasi akan mendatangkan pemasukan ke kas negara atau pemerintahan daerah sebesar 8 US dollar. Data sampai tahun 2006, selama kurun waktu 30 tahun terakhir ini Indonesia hanya mengalokasikan dana Rp 200 per kapita untuk kebutuhan sanitasi warganya. Padahal idealnya, khusus untuk kebutuhan perkotaan harus menyediakan anggaran Rp 47.000 per kapita untuk mencukupi kebutuhan sanitasi warga. Semoga di era pemerintahan yang baru ini, pemerintah mengalokasikan dana yang yang lebih untuk meningkatkan kualitas sanitasi di negara kita, mengingat kesehatan adalah salah satu investasi utama kemajuan negara kita dengan sanitasi sebagai motor penggerak utamanya. Jika kita melihat sanitasi dengan sudut pandang yang luas, seakan akan kita sedang melihat sebuah fenomena gunung es. Secara sekilas terlihat kecil dan tidak menarik perhataian, padahal di bawahnya memiliki pengaruh yang besar namun sulit untuk terlihat.